Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memprediksi pembangunan Observatorium Timau di Pegunungan Timau, Nusa Tenggara Timur (NTT), akan selesai Juli 2023.
Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN Robertus Heru menjelaskan alat teropong saat ini sudah sampai di lokasi pembangunan dan tinggal menunggu pihak teknisi datang untuk merakit.
“Alatnya sudah sampai Timau semua. Tinggal tunggu [teknisi] Jepang datang awal Juni,” kata dia kepada CNNIndonesia.com, Rabu (31/5).
“Asumsi semua lancar bulan Juli sudah siap digunakan,” sambungnya.
Lokasi obsrvatorium nasional (obnas) itu berada di kawasan hutan lindung lereng Gunung Timau di ketinggian sekitar 1.300 meter di atas permukaan laut.
Teleskop yang digunakan untuk peneropongan langit merupakan kembaran dari Teleskop Seimei milik Universitas Kyoto, Jepang.
Kawasan obnas berdekatan dengan Desa Bitobe yang masuk dalam Kecamatan Amfoang Tengah. Selain itu juga ada Desa Honuk dan Desa Faumes yang berada di wilayah Kecamatan Amfoang Barat Laut dialokasikan untuk pembangunan Observatorium Nasional Timau.
Observatorium ini pun digadang-gadang bakal jadi yang terbesar di Asia Tenggara.
Teropong jumbo
Dari segi bangunan, Heru menilai bangunan Obnas Timau memiliki kesamaan dengan bangunan Observatorium Bosscha. Bedanya, teleskop yang digunakan lebih besar.
“Bangunannya nanti menyerupai Observatorium Bosscha, namun teleskopnya jauh lebih gede daripada di Bosscha. Ini akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara,” tuturnya kepada CNNIndonesia.com lewat sambungan telepon, Senin (10/1).
Robertus menjelaskan alat yang akan dirakit itu merupakan teropong dan frame penggerak yang berdiameter 3,8 meter. Pengangkutannya ke lokasi pun dilakukan dengan menggunakan beberapa truk kontainer.
Setelah tiba di kawasan Obnas Timau, cermin itu dilakukan perakitan ke teleskop dan dilakukan kalibrasi.
Pada kesempatan terpisah, Heru menjelaskan spesifikasi teropong di observatorium itu terbilang gahar. Diameter selebar 3,8 meter membuat teleskop itu bisa menghasilkan penglihatan bintang yang lebih terang meskipun asalnya hanya redup.
(*)